Minggu, 09 Oktober 2011

TEORI PENAWARAN UANG




A.    PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan penawaran uang disini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak, disamping dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic. Oleh karena itu, selain bank sentral, bank-bank umum dan masyarakat domestic juga memberikan andil  dalam proses penciptaan uang.

B.     PENGERTIAN DASAR
Sangat perlu dipahami bahwa konsep uang sangat terkait pada konsep likuiditas. Suatu asset likuid adalah asset yang dengan mudah dapat diuangkan dengan tanpa kehilangan risiko rugi. Pada satu sisi ekstrim dari spectrum likuiditas, uang tunai adalah asset yang paling likuid dengan daya beli penuh. Pada tingkat spektrum likuiditas moderat kita mengenal uang kuasi yang secara definitive tidak secara langsung berfungsi sebagai medium of exchange. Pada sisi ekstrim lainnya kita mengenal asset-aset fisik yang sangat tidak likuid sebagai alat pertukaran seperti rumah, tanah, obligasi jangka panjang dan sebagainya. Berdasarkan spectrum likuiditasnya, berikut ini adalah bentuk-bentuk uang yang secara resmi berlaku di Indonesia
1.      Uang Kartal (Currency)
Uang kartal adalah uang yang dijadikan sebagai alat transaksi sah dan wajib diterima seluruh masyarakat pada perekonomian.Uang kartal umumnya berbentuk uang kertas dan uang logam yang di Indonesia dibuat oleh Bank Indonesia selaku bank sentral yang diberi hak tunggal mencetak uang (hak oktroi). Sebelum tahun 1968, pemerintah (otoritas fiskal) mengeluarkan uang kertas dan uang logam pemerintah yang terdiri dari pecahan-pecahan kecil. Uang dilindungi oleh Undang-Undang di mana pelaku pemalsuan uang diancam oleh hukuman denda dan kurungan penjara. Contoh uang kartal seperti uang logam Rp. 100,- uang kertas Rp. 1.000,- dan lain sebagainya.

2.      Uang Giral
Uang giral adalah simpanan pada bank-bank pencipta uang giral (BPUG) dan BI yang setiap dapat ditarik (bahkan seluruh saldonya) untuk ditukarkan denagn uang kartalsebesar jumlah nominalnya dan tidak dikenakan penalty.Uang giral dapat dibilang mudah, aman dan praktis karena dalam melakukan transaksi di mana seseorang tidak perlu menghitung dan membawa banyak uang kontang, jika hilang atau jatuh ke tangan orang jahat dapat segera diblokir dan mudah dalam penggunaannya. Termasuk dalam uang giral adalah:
·         Saldo giro rupiah penduduk
·         Pengiriman uang (transfer)
·         Deposito berjangka yang sudah jatuh tempo
·         Simpana lainnya yang sudah jatuh tempo
3.      Uang Kuasi
Uang kuasi adalah surat atau sertifikat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Fungsi yang tidak sepenuhnya adalah fungsi alat tukar menukar.  Termasuk uang kuasi:
·         Deposito berjangka rupiah, termasuk sertifikat deposito
·         Tabungan-tabungan
·         Rekening giro dalam valuta sing
·         Deposito berjangka dalam valuta asing
·         Tabungan dalam valuta asing
4.      Uang Primer atau Uang Inti (Primary money, base money , high powered money)
Uang primer adalah seluruh kewajiban moneter dari otoritas moneter terhadap BPUG dan sektor  swasta domestik. Komponen uang primer adalah:
·         Uangkartal pada sektor swasta domestic (diluar BPUG, BI, & Pemerintah)
·         Uang kartal pada BPUG (kas BPUG)
·         Simpanan giro BPUG pada BI
·         Simpanan giro sektor swasta domestik pada BI



5.      Sistem Moneter
Sistem moneter adalah lembaga-lembaga yang dapat menciptakan uang atau lembaga-lembaga yang kewajibannya sebagian besar berupa uang. Sistem moneter di indoesia terdiri dari:
  1. Otoritas moneter
§  Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral
§  Pemerintah
  1. Bank pencipta uang giral (BPUG)
BPUG adalah semua bank yang diperbolehkan menerima simpanan giro. Termasuk bank-bank yang dipersamakan dengan bank umum adalah Bapindo, BPD, danBank Pembangunan Swasta

C.    UANG BEREDAR
JumlahUang Beredar (JUB) tidak seluruhnya ditentukan oleh Pemerintah. Perilaku bank- bank dan masyarakat umum ikut menentukan pula proses timbulnya uang beredar, meskipun pemerintah masih tetap merupakan pelaku yang paling menentukan.
Dua pengertian tentang uang beredar;
· Narrow money, uang kartal dan uang giral
· Broad money, narrow money di tambah uang quasi
Quasi money mencakup saldo deposito berjangka dan simpanan tabungan di bank.

Dilihat dari jenisnya: meliputi Narrow Money &Broad Money
  1. Narrow Money: M1 =UK +U G
Dalam hal ini:
ü  UK=Uang Kartal atau Currency (uang kertas dan logam) milik/pada/dipegang/dikuasai oleh  swasta domestic (berada di liar sistim moneter).
ü  Sistim moneter  = otoritas moneter + BPUG
ü  Otorites moneter = BI + pemerintah
ü  UG = uang giral; saldo rekening Koran milik swasta domestic pada BPUG dan BI (sistim perbankan).

  1. Broad Money: M2  = M1 + (Tabungan,Deposito Berjangka pada BPUG)
        = M1 +Uang Kartal pada BPUG
                                     M3 = M2 + ( Tabungan,Deposito Berjangka pada LTNB)
                                            = M2 +Uang kuasi pada LTNB (Lembaga Tabungan Non        
                                               Bank; mutual saving banks & postal saving banks)
                                     M4 = M3 + savings & loan shares pada LKBB
UKs = Uang Kuasi; terdiri dari tabungan dan deposito berjangka milik swasta domestic pada BPUG.

Dilihat dari neraca konsolidasi sistim moneter
Uang beredar adalah kewajiban sistim moneter [otoritas moneter (BI + Pemerintah) + BPUG] terhadap sektor swasta domestik. Oleh karena itu tidak termasuk Uang Beredar (M1):
  • Kas dan saldo rekening Koran milik pemerintah pada BI & BPUG
  • Cadangan resmi pemerintah danbank sentralNegara lain (untuk mata uang yang dipakai sebagai cadangan devisa yaitu trading currency/reserve currency/convertible currency
  • Kas BI dan kas BPUG
  • Saldo rekening koran milik BPUG pada BPUG lainnya dan saldo rekening koran milik BPUG pada BI

D.    UANG INTI (RESERVE MONEY)
Proses penciptaan uang beredar berawal dari timbulnya uang inti (reserve money), uang inti adalah seluruh uang yang dikeluarkan oleh pemerintah (bank sentral) ditambah saldo rekening koran milik bank-bank (atau masyarakat) pada bank sentral.
Uang inti bisa pula dilihat sebagai penjumlahan antara uang kartal dengan cadangan bank (bank reserve).
1).  Jumlah uang inti di masyarakat meningkat karena tiga sebab;
· Surplus neraca pembayaran,
·  Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,
·         Kenaikan kredit bank sentral kepada bank-bank dan kepada lembaga-lembaga lain. Keadaan sebaliknya menyebabkan kondisi jumlah uang inti berkurang.
2).  Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang oleh masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan sisanya yang dipegang oleh bank-bank umum sebagai cadangan bank kemudian “melipatkan diri” menjadi uang giral.

                                           UANG INTI (RESERVE MONEY)


     Uang yang dikeluarkan                                          Saldo Rekening Koran (Giro)
   Bank Sentral (Pemerintah)                                                Pada Bank Sentral

Di Bank Umum
 
Milik Bank-Bank
 
Masyarakat Umum
 
                                                                                                           
                       

                                                                                     Cadangan Bank
                                                                                                     Sebagai Jaminan


 




    Jumlah Uang Beredar (JUB)

E.     PELIPAT UANG (MONEY MULTIPLIER)
Proses penciptaan uang beredar dari uang inti tersebut diringkas dalam konsep money  multiplier yang menghubungkan antara jumlah uang inti dengan jumlah uang beredar. Nilai dari money multiplier tergantung kepada;
· Kecenderungan masyarakat memegang uangnya dalam bentuk uang kartal (U = K/Ms).
· Berapa besar cadangan yang dipegang bank untuk menjamin uang giral (V = R/D).
Semakin besar U dan V semakin kecil nilai money multiplier. Nilai money multiplier biasanya lebih besar dari satu, artinya setiap Rp. 1 uang inti bisa menimbulkan lebih dari Rp.1 uang beredar.
Money multiplier (angka pengganda uang) diturunkan dari hubungan antara uang inti atau uang primer (Money/Monetary Base) dengan jumlah uang yang beredar, secara matematis sebagai berikut di bawah.
MS =UK +U G
MB =UK + CD

Dimana, MS = Jumlah uang yang beredar (M1)
  UK= Uang kartal milik swasta domestik
              UG = Uang giral milik swasta domestik
  MB = Uang Inti
              CD = Cadangan BankUmum yang terdiri dari Kas dan S/O RK pada BI

atau
atau
Umpamakan
                                                UK / MS = U
                                                CD / UG = V
Kemudian dapat diketahui
                                                1 = UK/MS + UG/MS            atau    UG/MS = 1 – U
Jadi (5) dapat dinyatakan kembali sebagai :
                                                              
atau                
MS =  MB
atau    
DMS = DMB
Dimana
0 < U + V ( 1 – U ) < 1,          oleh karena itu


Dari persamaan (8) jelas bahwa:
·         MB mempunyai pengaruh positif terhadap MS, yaitu jika MB naik maka MS naik (ceteris paribus), dan sebaliknya.
·         u dan v mempunyai pengaruh negative terhadap MS, yaitu jika u naik maka MS turun (ceteris paribus), dan sebaliknya.

Penyebab perubahan uang inti (DMB) adalah net ekspor (X-M), APBN, kredit yang diberika pada sector swasta domestic (KR), operasi pasar terbuka (jual beli SBI dan SBPU), sehingga (8) menjadi,
D MS =  
dimana,
  • X - M = ekspor neto dalam neraca perdagangan (pembayaran)
  • APBN = Anggaran Pendapatan & BelanjaNegara
  • KR      = Kredit yang diberikan
  • OMO   = Open Market Operation (jual beli SBI & SBPU)
  • NOI     = Net other item (lainnya bersih)

F.     KEBIJAKAN MONETER
·         Kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mempengaruhi proses penciptaan uang beredar tersebut. Pemerintah (Bank Sentral) bisa melakukan hal ini dengan mempengaruhi secara tidak langsung nilai money multiplier dan secara langsung besarnya uang inti. Berbagai instrumen kebijakan moneter tersedia untuk ini.
·         Menurut Keynes, kebijakan moneter bisa mempengaruhi situasi makro lewat jumlah uang beredar, tingkat bunga, pengeluaran investasi dan selanjutnya permintaan agregat. Akhir-akhir ini ekonom mulai memberikan perhatian mereka kepada kebijakan “Supply Side”, yaitu kebijakan (moneter) yang bisa mempunyai pengaruh lansung terhadap penawaran agregat (menggeser kurva penawaran agregat). Tetapi sampai sekarang belum ada teori yang mantap mengenai “Sisi Penawaran” ini.
  1. Instrument Kebijakan Moneter
a. Mempengaruhi Money Multiplier (secara kuantitatif);
· Cash-Ratio
· Discount-rate
· BungaGiro dan Deposito
b. Yang mempengaruhiUang Inti;
· Pajak Ekspor
· Sertipikat Ekspor
· Bea Masuk
· Pajak lain
· Pengeluaran Pemerintah
· Bunga Kredit Bank
· Pengawasan Kuantitatif
· Credit Ceiling

  1. Efektifitas Kebijakan Moneter
Ada dua kritik mengenai keampuhan kebijakan moneter dalam praktek;
·         Keynes mengatakan bahwa kebijakan moneter tidak efektif dalam masa depresi karena adanya “liquidity trap”, hal ini timbul karena tingkat bunga menjadi tidak elastis terhadap perubahan jumlah uang beredar
·         Milton Friedman dkk berpendapat bahwa pengaruh kebijakan moneter sulit diterka (kapan dan berapa besar) sehingga menyulitkan penggunaannya dalam praktek. Mereka menyarankan agar pemerintah secara otomatis dan teratur menaikkan jumlah uang beredar sesuai dengan kenaikan kebutuhan uang rata-rata sebagai ganti dari kebijakan moneter.




  1. Faktor-faktor yang menetukan perubahan jumlah uang yang beredar
Dari persamaan (8) di atas, jelas bahwa perubahan jumlah uang beredar pada dasarnya  ditentuka oleh dua factor yaitu:
·         Pelipat uang,
·         Perubahan dalam uang inti
  1. Faktor-faktor yang menentukan perubahan uang inti
Seperti disebut di atas, perubahan dalam uang inti (DMB) disebabkan oleh APBN, net ekspor (X- M), kredit yang diberikan pada sector swasta domestic (KR), operasi pasa terbuka (jual beli SBI dan SBPU), dan net other items (NOI = lainnya bersih). Pada prinsipnya, perubahan (kenaikan atau penurunan) jumlah uang inti yang beredar dapat terjadi selama terjadi perubahan posisi passive neraca BI (danDepkeu).
a.       APBN
Tanpa dukungan bantuan luar negeri, deficit APBN yang dibiayai oleh pencetakan uang melalui BI akan meningkatkan jumlah uang inti (ceteris paribus). Hal itu dapat dijelaska sebagai berikut. Ketika uang tersebut dicetak, uang kartal yang diedarkan (UYD) bertambah.UYD tersebut akan dicatat pada sisi passive sebagai posUYD atau sebagai rekening Koran pemerintah,karena uang tersebut menjadi klaim pemerintah pada BI. Pada saat yang sama,  sejumlah yang sama, uang yang diberikan (dipinjamkan) kepada pemerintah merupakan tagihan BI kepada pemerintah.Dilihat dari neraca kasNegara, pinjaman uang tersebut akan dicatat sebagai kas kalau tunai atau sebagai pos tagihan pada BI jika masih berupa saldo giro rekening pemerintah. Tentu, pada saat yang sama pada sisi passive neraca kasNegara, sejumlah uang tersebut akan dicata sebagai pos hutang pada BI. Ilustrasi di atas menunjukkan peristiwa saling berhutang diantara sesame otoritas moneter, dan oleh karena itupada tahap ini belum tercipta uang inti, karena uangasih beredar di tangan otoritas moneter (BI dan kas negara) . pabila selanjutnyauang tersebut dibelanjakan oleh kasNegara melalui saluran bank umum atau langsung kepada masyarakat, maka uang tersebut beralih penguasaannya kepada sistim perbankan sebagai sebagaipos kas pada aktiva mereka atau langsung menjadi penerimaan pendapatan uang oleh sektor swasta domestik. Pertambahanuang yang dikuasai oleh sistim perbankan dan masyarakat berarti kenaikan kewajiban moneter BI kepada sistim perbankan dan masyarakat, dan tu berarti kenaikan jumlah uang (inti) yang beredar. Surplus APBN yang berasal dari pajak, di lain pihak, berarti telah terjadi pengalihan penguasaan uang dari masyarakat kepada pemerintah, dan perdefinisi telah terjadi penurunan kewajiban moneter BI kepada sektor swasta domestik. Ini bearti secara relative telah terjadi penuruna uang (inti) yang beredar. Pinjaman luar negeri, selama belum dikonversikan ke dalam rupiah dan belum dibelanjakandi dalam negeri ukanlah kewajiban moneter BI kepada masyarakat luar negeri, dan oleh karena itu belum mempunyai pengaruh terhadap perubahan uang (inti) beredar
b.      Neraca Pembayaran
Angka-angka pada neraca pembayaran merupakan cerminan aktifitas ekspor dan impor. Terutama dalam sistim pengawasan devisa atau sistim mengambang terkendali(the managed float exchange rate), selisih lebih nilai ekspor atas nilai impor (surplus neraca pembayaran/perdagangan) cenderung memberikan nilai posotif pada kenaikan jumlah uang inti  dan akhirnya pada jumlah uang yang beredar, dan sebaliknya. Hal itu terjadi karena dalam sistim  pengawasan kurs dan sistim kurs mengambang tekendali penerimaan ekspor berupa valuta  asing harus ditukarkan kepada BI dengan sejumlah rupiah. Hal itu dapat dijelaskan sebagai  berikut.Umpamakan si A eksportir Indonesia menjual barang kepada seorang importir diUSA. Dari hasil penjualan barang tersebut tentu ia akan menerima sejumlah uang dollar. Seperti lazimnya dalam perdagangan internasional, proses transaksi pembayaran dilakukan melalaui transfer bank diUSA ke bank di Indonesia. Selanjutnya, dalam sistim kurs tetap, bank domestic harus merupiahkan valuta asing (dalam hal ini dollar) ke BI. Pada pembukuan BI, pada akhirnya, sejumlah dolar akan di debit dan senagai pos lawannya sejumlah rupiah (setelah konevrsi dangan kurs yang berlaku) akan dikredit untuk rekening bank domestik. Pencatatan pos kredit atas sejumlah rupiah oleh BI untuk keuntungan bank domestic berarti timbulnyakewajiban rupiah otoritas moneter pada bank domestic; itu secara definitive berarti penciptaan uang inti.


Gambar 1 berikut bisa menjelaskan proses tersebut
Gambar 1: Aliran pembayaran transaksi ekspor/impor pada sistim kurs tetap dan
                    mengambang terkendali dalam kasus pertambahan uang inti yang beredar





A
Eksportir Indonesia
 

B
Importir
USA
 
 

                                                                      (1)
                                                       Ekspor Barang senilai
                                                                US $ 1000








 

              
Rekening A di kredit oleh bank                                         Rekening B di debet senilai US $ 1000
Oleh D senilai Rp. 2.250.000                                           Oleh Bank C USA (Bank Importir B)
















Bank C
USA
 

Bank D Indonesia
 

 


Rekening Bank D (Bank Eksportir
A di indonesia) di kredit oleh Bank C
Senilai US $ 1000








 


Rp. 2.250.000
Di kredit oleh BI
untuk Rekening
Bank D (Bank
Eksporti (A))


 

                        US $ 1000 di setor ke BI dan di catat
                        Sebagai pos debet oleh BI








Bank Indonesia selaku Bank sentral menerima penukaran dolar untuk rupiah pada kurs yang berlaku (misal US $ 1 = Rp. 2.250-)
 





 




c.       Kredit yang diberikan
Menurut teori moneterterjadap neraca pembayaran, selama tidak terjadi substitusi sempurna dengan net foreign asset (tagihan luar negeri bersih), kenaikan kredit yang diberikan kepad sektor swasta domestic merupakan cerminan dari kelebihan permintaan akan uang domestic, oleh karena itu harus dipenuhi dengan penambahan jumlah uang inti agar tercapai keseimbangan di pasar uang khusunya dan kelancaran produksi pada umumnya. Penambahanuang inti tersebut tercermin pada penambahan jumlahUYD atau rekening BU pada sisi passiva neraca BI
d.      Open Market Operation
Operasi pasar terbuka adalah aktifitas jual beli surat berharga (SBI dan SBPU) oleh BI.  Penjualan surat berharga oleh BI akan mengurangi jumlah uang inti yang beredar, dan pembelian surat berharga oleh BI akanmenamnah jumlah uang inti yang beredar. Jadi penjualan surat berharga dapat dimaksudkanuntuk kebijakan kontraksi moneter, dan pembelian surat berharga untuk kebijakan ekspansi moneter. Sama seperti sebelumnya, perubahan uang inti tersebut tercermin pada perubahan jumlahUYD atau rekening BU pada sisi passiva neraca BI
  1. Faktor-faktor yang menentukan perubahan pelipat uang
Faktor-faktor yang menentukan perubahan uang inti (DMB) sudah dijelaskan pada butir penjelasan sebelumnya (1 s/d 5), dengan catatan bahwa faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi secara dominan jika money multiplier dianggap tetap atau tidak berubah banyak. Dalam kenyataan money multiplier mungkin berubah-ubah dipengaruhi oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya selainotorita moneter sepertiperilaku bank-bank umum danpara individu. Sebagai contoh, U mencerminkan proporsi jumlah uang yang beredar (M1) yang dipegang oleh para individu dalam bentuk uang kas (u = C/M1) dimana otoritas moneter tidak dapat mempengaruhi secaralangsung atas perilaku mereka. Perilaku memegang uang kas oleh para individu antara lain ditentukan oleh preferensinya atas pertimbanagn pilihan likuiditas dan hasil bunga. Umpamanya, jika tingkat bunga naik, maka orang barangkali akanlebih suka untuk menyimpan uang tunai dalam bentuk tabungan atau deposito berjangka sehingga U akan turun. Tingkat pendapatan seseorang juga memepengaruhi perilaku untuk memengan uang kas diaman umumnya semakin makmur orang akan semakin relative lebih banyak memegang uang giral dan uang kuasi daripada memegang uang tunai, oleh karena itu u akan turun. Berbeda dengan u, faktor v ditentukan oleh perilaku sektor perbankan dan bank sentral. Seperti kita maklum bank sentral dapat mempengaruhi secara langsung besarnya ketentuan cadangan wajib minimum yang akan menentukan kemampuan penciptaan uang gial dan oleh karena itu jumlahuang beredar oleh abnk0bank umum. Penurunan cadangan wajib minimum oleh bank sentral msalnya berabti akan memperkecil rasio v = CD/UG yang berarti menambah kemampuan bank-bank umum untuk menciptakan uang giral. Meskipun begitu, kemampuan untuk meningkatkan uang giral tidak sepenuhnya dapat ditentukan oleh bank sentral sebab meskipun bank sentral sudah menurunkan cadangan wajib minimum, tidak ada batasan bagi sebuah bank umu untuk memelihara kelebihan cadangannya (excess reserves) relative besar di atas cadangan wajib minimum. Oleh karena itu penurunan cadangan wajib minimum yang semula dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan bank- bank umum dalam menciptakan uang giral menjadi mandul jika bank-bank umum justru menambah excess reserves mereka

G.    KESIMPULAN
Penawaran uang disini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Perubahan jumlah uang yang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-tindakan yang ditentukan oleh pemerintah khususnya bank sentral. Pelipat uang, di lain pihak, disamping dipengaruhi oleh perilaku bank sentral juga ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya seperti bank umum dan masyarakat domestic. Oleh karena itu, selain bank sentral, bank-bank umum dan masyarakat domestic juga memberikan andil  dalam proses penciptaan uang.














DAFTAR PUSTAKA

§  Drs, Manulang. 1983, Ekonomi Moneter. Jakarta : Ghalia Indonesia
§  Boediono. Ekonomi Moneter Edisi 3. Jogjakarta : BPFE-Jogjakarta. 1985
§  www.google.com/hhtp/;wikipedia.com
§  http//.lanksher.blogsopt.com