Selasa, 08 Februari 2011

RESUME PSIKOLOGI BELAJAR

Kelompok 1 “ HAKIKAT PSIKOLOGI BELAJAR”

A. Definisi Psikologi Belajar
 Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology namun dari bahasa Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa, dan Logos berarti ilmu maka digabungkan menjadi ilmu jiwa
Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai arti psikologi, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
 Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relative sebagai hasil pengalaman dan interki dengn lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
 Psikologi Belajar merupakan suatu ilmu yang mengkaji atau mempelajari ttingkah laku manusia
B. Ruang Lingkup Psikologi Belajar
1. Belajar
a) Teori terbagi menjadi empat:
 Teori Koneksionisme, bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon
 Teori Pembiasaan Klasikal, belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon
 Teori Pembiasaan Perilaku Respons, belajar adalah hubungan antara respond an stimulus yang berdasarkan pada penguatan
 Teori Pendekatan Kognitif, belajar bukan hanya peristiwa jasmani tetapi juga peristiwa mental
b) Hakikat Belajar
Yaitu, suatu proses menuju pendewasaan manusia kearah yang lebih baik melalui pelatihan
c) Jenis Belajar, meliputi belajar informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan intelektual, keterampilan motorik, dan belajar sikap
d) Typlogi atau Gaya Belajar Siswa
Intuitive Vs Sistematis adalah kecenderungan menyelesaikan maslah dengan perasaan, sedangkan sisteatis bererti siswa memecahkan masalah melalui struktur dan tata urutan yang jelas.Karakteristik Perubahan Hasil Belajar Meliputi: Perubhan Intensional, Perubahan Positif Aktif, dan Perubahan Efektif, Fungsional
e) Metode Belajar, dengan cara observasi, eksperimen (uji coba), Klinis



2. Proses Belajar
Tahapan Prose Belajar. Perwujudan Perilaku Belajar, Tingkatan Belajar, Motifasi, Kesulitan dalam Belajar
3. Situasi Belajar
• Fisik: keadaan jsmani, sehat
• Manfaat: keadaan jiwa dan rohani
• Sosial: Adanya keamanan
• Non Sosial: Bangunan, meja, kursi/ prasarana
C. Metode Psikologi Belajar Meluti:
 Metode Eksperimen
Merupakan serangkaian pencobaan yang dilakukan eksperimenter didalam laboratorium atau ruang tertentu.
 Kuesioner
Metode ini lebih banyak menggunakan sample yang bisa dijangkau disamping unit cost stiap responden lebih murah
 studi kasus
Merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh sebuah gambaran terperinci mengenai aspek- aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertenntu.
 Penyelidikan klinis, Metode klinis hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater.
 Obserfasi, naturalistic
Merupakan jenis observasi yang dilakukan secara ilmiah
D. Manfaat Mempelajari Psikologi Belajar
 Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, abiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik pengalaman, kepribadian
 Memahami prinsip- prinsip dan teori prmbelajaran
 Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
 Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
 Guru dapat memberikan layanan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
 Pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar.

Kelompok 2: PERANAN PSIKOLOGI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

A. Peranan Psikologi dalam Dunia Pendidikan
Dunia belajar mengajar merupakan salah satu lahan dari psikologi umum. Psikologi belajar berperan penting dalam peningkatan mutu siswa dengan menerapkan prinsip- prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan.
Prinsip- prinsip psikologi dalam belajar
• Prinsip perhatian/ atensi
• Prinsip aktifitasi
• Prinsip apserfasi
• Prinsip repetisi
• Prinsip evaluasi
B. Peranan Psikologi Terhadap Motivasi Belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga, beajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Motifasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindkan dengn tujuan tertentu.
Prinsip- prinsip motivasi dala belajar:
• Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
• Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman
• Motivasi berhubngan erat dengan kebutuhan dalam belajar
• Motivasi dapat memupuknoptimisme dalam belajar
• Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik bergeming untuk mencatat apa- apa yang telah dismpaikan oleh guru. Kemiskinan motivasi interistik merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda- tunda, sedangkan motivasi ekstrinsik yang diberikan itu dapat memantu anak didik keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar maka motivasi dapat diterapkan dengan baik oleh guru. Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sama- sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan.

C. Peranan Psikologi Terhadap Proses dan Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya adalh proses psikologis oleh karena itu, semua keadaandan psiklogis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang fakor psikologis sebagai factor dari dalam tentu saja merupakn hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak
Faktor- faktor psikologis:
• Minat
Timbulnya mint belajar disebabkan sebagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia
• Kecerdasan
Kecerdasan dan umur mempunyai hubungan yang sangat erat, semakin meningkat umur seseorang semakin abstrak cara berfikirnya. Menurut Slameto, kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menetukan berhasil dan tidaknya seseorangmempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran.
• Bakat
Merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajr seseorang. Bakat bawaan(terpendam) yang dapat ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan yang sebak baiknya, bakat memungkinkn seseorang untk mencapai prestasi dalam bidang tetentu akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapt terwujud
• Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yaitu, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan konitif, yaitu persepsi, mengingat dan berfikir
D. Peranan Psikologi Tehadap Tingkat Kesulitan Belajar
Anak didik yang kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara tidak ajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar sehingga menampakan gejala- gejala yang bisa diamati orang lain, guru, dan orang tua.
Kesulitan belajar anak didik dapat dilatih dari petunjuk- petunjuk sebagai berikut:
• Menunjkan prestasi belajar yang rendah
• Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
• Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas belajr
• Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar
• Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar seperti, biasanya ditunjukan kepada orang lain.
Dalam rangka mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor- faktor yang diduga sebagai penyebabnya, oleh karena itu mencari sumber- sumber penyebab utama dan sumber- sumbr penyerta lain mutlak dilakukan secara akurat, efektif dan efisien. Langkah- langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha megatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan dengan enam tahap, yaitu:
Pengumpulan Data 2) Pengolahan Data 3) Diagonis
4) Prognosis 5) Treathement 6) Evaluasi

Kelompok 3:”TEORI- TEORI PSIKOLOGI BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU MANUSIA”

A. Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Teori behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah meanusia baik, atau jelek, rasional, emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor- faktor lingkungan.
Implikasi dari teori behaviristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena system pembelajaran tersebut bersifat otomatis- mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapid an teratur, maka pelajar harus dihadapkan pada aturan- aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat sehingga pembelajarn lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
B. Teori Belajar Kognitivisme
Kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepda pemahaman terhadap hubngan- hubungannya ada didalam suatu situasi
Tokoh- tokoh teori belajar kognitif yaitu:

a. Teori kognitif Gestalt
Menurut pandangan Gestaltis semua kegiatan beljar menggunakan pemahaman terhadap hubungan- hubungan terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya menurut mereka tingkat kejelasan dan keberartian dari pa yang diamati dalam situasi belajar lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengn hukuman da ganjaran
b. Teori belajar Cognitif Developmental dari Piaget
Bahwa proses berfikir sebagai aktifitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap- tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Perubahan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif
c. Jerome Bruner dengan Discovery Learningnya
Dimana murid mengorganisasi bahan pelajaran yang dipelajari dengan sutu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak tersebut.
d. Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berfikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantng pada tahap sebelumnya.
Adapun tahapan- tahapan tersebut adalah:
• Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur dua tahun)
Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya
• Tahap Pra- operasional (kurang lebih umur dua tahun hingga tju tahun)
Dengan tahap ini sangat meonjol sekali kecenderungan anak- anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan ynag berbeda dengannya.
• Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih tujuh sampai sebelas tahun)
Dalam tahap ini anak- anak sudah megembangkan pikiran logis, dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak teralalu menggantungkan diri pada informasi yang dating dari pacaindra.
• Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur sebelas tahun sampai limabelas tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternative pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah.
C. Teori Belajar Humanisme
Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya. Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereke sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
• Proses pemerolehan informasi baru,
• Personalisasi informasi ini pada individu
Tokoh-tokoh teori humanistic yaitu:
a. Athur Combs (1912-1999)
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dangan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa ersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
b. Abraham Maslow
Mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing- masing orang mempunyai berbagai perasaan takut, tetapi disisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah utuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
c. Carl Rogers
Guru menghubungkan pengetahuan akademik kedalam pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar Experiential Learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek membekas pada siswa.
Teori belajar humanism dan behaviorisme memiliki ciri khas masing- masing. Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatanya. Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka. Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplkasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal, sedangkan teori kognitivisme didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Kelompok 4 “BELAJAR KONSEP”

A. Definisi Belajar Konsep
Belajar konsep adalah satuan arti mewakili sejumlah obyek yang mempunyai cirri- ciri sama, memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek- obyek yang dihadapinya, sehingga obyek ditempatkan dalam golongan tertentu
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pad obyek- obyek dalam lingkungan fisik, konsep yang mewakili realist hidup tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik krena realitas itu tidak berbadan hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi dan sebagainya. Jadi belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian.
B. Cara Memperoleh Konsep
Cara formasi konsep merupkan perolehan konsep sebelum anak sekolah atau belajar konsep konkrit karena pengalaman.Pengalaman menguasai konsep dengan cara formasi terjadi dengan proses induktif, belajar penemuan, mengikuti pola contoh/ aturan.
Cara asmilasi konsep merupakan perolehan jonsep selama dan sesudah sekolah, pada umumnya belajar konsep abstrak. Perolehan konsep dengan cara asmilasi terjadi dengan
• Proses deduktif
• Belajar sajian
• Belajar konsep sebagai aturan/contoh.
C. Taraf Pencapaian Konsep
Klausmeier (1997) memaparkan empat tingkat pada taraf pencapaian konsep- konsep, yakni tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, tingkat formal.
Ciri- ciri penempatan konsep tingkat konkret yaitu:
• Harus dapat mengenal bendanya
• Dapat membedakan benda itu dari berbagai stimulus yang ada pada lingkungannya
• Menyajikan benda itu sebagai gambaran mental
• Menyimpan gambaran mental itu.
Ciri- ciri penempatan konsep tingkat identitas yaitu:
• Sesudah selang suatu waktu
• Bila orang memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap obyek
• Bila objek ditentukan melalui suatu indra yang berbeda
• Harus dapat mengadakan generalisasi
Ciri- ciri penempatan konsep tingkat klasifikatori yaitu:
• Mengenal persamaan dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama
• Mengadakan generalisasi dan mengabstraksi kualitas- kualitas yang sama yang dimiliki obyek itu
Ciri- ciri pencapaian konsep tingkat formal yaitu:
• Harus dapat menentukan atribut- atribut pembatas konsep
• Dapat memberi nama konsep itu
• Mendefinisikan konsep dalam atribut- atribut kriterinya, missal: segi empat adalah bentuk bidang datar yang dibatasi empat garis lurus dan empat sudut.
• Mendiskriminasi dan member nama atribut- atribut yang membatsi atau memberikan secara verbal contoh- contoh dan non- contoh dari konsep
D. Teori Belajar Konsep dan Strategi Penerapannya di Kelas
Hal yang harus disadari saat ini ada;lah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategiri- kategori yang kita berikan dari stimulus tau rangsangan yang ada dilingkungan kita. Konsep yang ada didalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Konsep- konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.
Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif, dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada dilingkungan terdekatnya.
E. Pentingnya Belajar Konsep
Sejak decade 1960-an belajar konsep mendapat perhatian istimewa diantara para ahli psikologi dan mengunakannya kedalam kegiatan penelitian, maka teori- teori belajar konsep semakin menunjukan suatu peningkatan kualitasnya.
Ada beberapa keuntungan dari hasil belajar konsep:
• Mengurangi beban berat bagi memori karena kemampuan manusia dalam mengkategorisasikan berbagai stimulus terbatas
• Konsep- konsep merupakn batu- batu pembangun berpikir
• Konsep- konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi.
• Konsep perlu untuk memecahkan masalah
F. Perencanaan Pengajaran
Langkah awal pengajaran suatu konsep adalah informasi tentang konsep- konsep, melalui berbagai sumber misalnya buku tks, pra pengembang kurikulum, pengetahuan dan pengalaman guru, dan anak- anak itu sendiri. Misalnya: Sejarah adalah peristiwa, pelaku peristiwa, kejadian yang prnah ada, pengaruhnya sampai sekarang, dasar melacak fakta sejarah itu semua adalah informasi tentang konsep- konsep
Langkah berikutnya adalah menyusun strategi yang meliputi penentuan tingkat pencapaian konsep, dan analisis konsep. Jika konsep- konsep itu ditunjukan untuk siswa sekolah dasar, maka tingkat pencapaian mkn yng ditargetkan harus berbeda dengan tingkat pencapaian mahasiswa SI Jurusan sejarah.

Kelompok 5 ”BELAJAR PENEMUAN”

A. Arti Discovery Dalam Belajar Penemuan
Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang berujuan mencapai suatu percakapan kepandaian atau kemahiran baru yng dapat digunakan dalam kehidupan ini. Tidak seorangpun yang membantah bahwa sepanjang kehidupan ini manusia tidak akan pernah berhenti belajar. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (Discovery Learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jik siswa daoat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap:
1. Tahap informasi, yaitu thap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru
2. Tahap transformsi, yitu thap memahmi, mencerna, dan menganalisis pengetahuan bru serta ditransormasikan dalam bentuk bru yang mungkin bermanfaat untuk hal- hal yang lain
3. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
B. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
1. Empat Tema tentang Pendidikan
• Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
• Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
• Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.
• Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
2. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
3. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

C. Belajar Penemuan .
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
D. Penerapan dalam Pembelajaran
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa, ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam pembelajaran
1. Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.
2. Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:
• Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
• Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
• Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing).
• Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
• Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajarai generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu.

Kelompok 7 “BAKAT, INTELEGENSI, SOSIO EMOSIONAL”
A. BAKAT
1. Definisi Bakat
Menurut Crow, bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Menurut William B.Michael, bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tyergantung dari latihan. Freeman mendifinisikan bakat sebagai suatu kombinasi karakteristik yang berkapasitas individual untuk memperoh (malalui latihan) beberapa pengetahuan khusus, keterampilan ataupun respon yang terorganisir. Misalnya saja kemampuan bebahasa, untuk menjadi pemusik ataupun untuk melakukan pekerjaan mekanik.
2. Siapa Anak Yang Berbakat
Siapa yang disebut berbakat? Menurut teori Ransley ada paling tidak tiga unsur bakat:
• Kecerdasan tinggi dalam aneka kemampuan umum dan khusus
• Ketekunan dan kesungguhan
• Kreatif
Anak yang berbakat ternyata dapat dilihat dari ciri-ciri kesehariannya. Memang tiap anak berbeda-beda dan mempunyai bakat dan daya tangkap yang berbeda pula. Berikut ini beberapa ciri-cirinya:
 Intelektual atau belajar
 Kreatifitas
 Motivasi
3. Bagaimana Untuk Mengetahui Anak Berbakat
Anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau Kelebihan yang luar biasa jika di bandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
 Kemampuan intelegensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes intelegensi yang sangat tinggi, misalnya IQ diatas 120
 Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tertentu.
 kreatifitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
 kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
 Prestasi- prestasi istimewa dalam bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

4. Jenis – Jenis Bakat
• Kinetik fisik ( body cinesthic ) Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan
• Bahasa ( linguistic ) Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif.
• Logika dan Matematis ( logical mathematical) Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika.
• Musikalitas ( musical) Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara.
• Pemahaman Alam ( naturaliset inteligence ) Bakat untuk mengenali

B. INTELEGENSI
1. Definisi Intelegensi
Di tahun 1916 Lewis Madison Terman mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir abstrak, sedangkan H.H. Goddared pada tahun 1946 mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengatasi masalah-masalah yang akan datang ( Gorison dan Magoon, 1972 h.82 ).
Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang.
2. Ciri-Ciri Intelegensi Yaitu :
• Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional ( dapat diamati secara langsung ).
• Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul.
• Macam-Macam Intelegensi
o Intelegensi Analitis, yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian
o Intelegensi Kreatif, yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru.
o Intelegensi Praktis, yaitu kecenderungan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktekkan.
3. Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan sesorang untuk melahirkan seseuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yantg semuanya relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya
4. Ciri-Ciri Kreativitas
Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
 Ciri-ciri pokok, kunci untuk memberikan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan.
 Ciri-ciri yang memungkinkan, yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif
 Ciri-ciri sampingan, tidak langsung berhubungan dengan penciprtaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ada.
 mampu menyatakan poendapat secara spontan dan tidak malu-malu
 mempunyai atau menghargai rasa keindahan
 mampu mengajukkan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain.

C. SOSIO EMOSIONAL
1. Definisi
Emosi dirumuskan sebagai keadaan bergejolak, gejolak atau goncangan didalam organisme. Emosi bukan hanya kebencian akan tetapi emosi juga dapat berupa kasih sayang dan perhatian, cinta dan ambisi.
Pada anak terdapat tiga kondisi utama yang mempengaruhi perkembangan sosio emosionalnya yaitu :
• kondisi fisik, apabila kondisi keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan ataupun lainnya maka emosi anak akan terganggu.
• kondisi psikologis dapat mempengaruhi emosi antara lain: intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan.
• kondisi lingkungan, ketegangan atau ketakutan yang terus menerus. Jadwal yang ketat dan terlkalu banyaknya pengalaman yang menggelisahkan dapat berpengaruh pada emosi anak.
2. Kondisi Sosio Emosional dalam Proses Belajar Mengajar
Kondisi sosio emosional akan mempunnyai pengaruh yang cukup besar terhadapo proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio emosional tersebut meliputi:
• kepemimpinan
Peranan guru, tipe guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang paling berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang subnissive atau apatis.Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin, kaku, melainkan sebagai model. Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam meleksanakan tugas dengan format benar dan tepat. Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dan siswa. Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervarisasi.
• Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki.
• Suara Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang baik menurut Depdikbud (1983:25) adalah suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk mempehatikan pelajaran.
• Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting.

Kelompok 8 ’’ LUPA, JENUH, DAN TRANSFER BELAJAR”
A. LUPA
1. Pengertian Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
2. Faktor-faktor penyebab lupa
• Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam memori siswa. Dalam interference theory(teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu proactive interference dan retroactive interference.
Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu.
Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja atau tidak.
Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan :
1) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali ) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantran tidak pernah dipergunakan.
• Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
• Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun siswa telah mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru). Maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
• Lupa bisa terjadi karena metode pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihapalkan siswa.
• Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.

3. Kiat dan Usaha Mengurangi Lupa Dalam Belajar
a. Overlearning
Overlearneng (belajar lebih) yang artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu.
b. Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c. Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut Mnemonic itu berarti kiat husus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat Mnemonic ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah seperti rima, singkatan, system kata pasak, metode losai, dan sistem kata kunci.
d. Pengelompokan
Maksud kiat pengelompokan (clastening) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan terbagi
Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisahkan di antara waktu-waktu istirahat.

B. JENUH
1. Pengertian Jenuh
Secara harfiah, jenuh berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh juga berarti jemu atau bosan. Dalam bahasa psikologi, jenuh dalam belajar lazim disebut learning plateau atau plateau.
Menurut Reber (1988), kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang sedang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajarnya tidak mengalami kemajuan. Ketiadaan kemajuan dalam belajar ini biasanya berlangsung dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya dalam seminggu. Jadi tidak selamanya, Seorang siswa yang dalam keadaan jenuh belajar, sistem akalnya tak bekerja sebagaimana mestinya dalam menerima informasi atau pengalaman baru, sehingga yang terjadi seakan-akan "jalan di tempat". Jika kemajuan belajar ini digambarkan dalam bentuk kurva, akan tampak sebuah garis mendatar, yang disebut plateau.
2. Faktor-faktor yang umumnya dapat menjadi penyebab kejenuhan
• Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.
• Belajar hanya di tempat tertentu.
• Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.
• Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.
• Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut saat belajar.
• situasi kompetitif yang ketat dan memerlukan kerja intelek yang berat
C. TRANSFER DALAM BELAJAR
1. Arti Transfer Belajar
Istilah “transfer belajar” berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti : pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.
2. Ragam Transfer belajar
Menurut Gagne seorang education psychologist yang msyhur, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori, yaitu :
• Transfer Positif
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
• Transfer Negatif
Transfer atau pemindahan berefek buruk yaitu mempersukar dan mempersulit dalam kegiatan belajar selanjutnya.
• Transfer Vertikal (tegak lurus)
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu mebantu siwa tersebut dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.
d. Transfer Lateral (ke arah samping)
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transfer
a. Intelegensi
Individu yang lancer dan pandai biasanya akan mampu menganalisa dan melihat hubungan-hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, hingga sangat mudah terjadi transfer.
b. Sikap
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi kecendrungan atau pendiriannya menolak/ sikap negative, maka transfer tidak akan terjadi, demikian sebaliknya.
c. Materi pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan misalnya matematika dengan statistic, ilmu jiwa sscial dengan sosiologi, lebih mudah terjadi transfer
d. Sistem penyampaian Guru
Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran yang sedang dipelajari dengan meta pelajaran lain atau dengan menunjuk ke kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya lebih membantu terjadinya transfer
Kelompok 9” MANAJEMEN DIRI DALAM BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Manajemen Diri
Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola pikiran, perilaku dan perasaan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam manajemen diri terkandung tiga usur utama yakni perasaan (affection), perilaku (behvior) dan pikiran (cognition) yang kemudian disingkat menjadi ABC.
Manajemen diri secara umum terdiri dari tiga langkah utama, yaitu menentukan tujuan, memonitir dan mengevaluasi kemajan, dan memberikan penguatan diri. Apabila tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan orang-orang yang mampu mendidik dirinya maka siswa harus belajar mengatur hidupnya dengan menentukan tujuannya sendiri, memonitor dan mengevaluasi perilakunya, dan menyediakan penguatan untuk dirinya.
1. Menentukan tujuan
Adler dalam teorinya tentang tujuan fiktif (fictional goal) menyatakan bahwa perilaku seseorang diarahkan kepada tujuan di masa mendatang yang sudah disusun sendiri.
2. Mencatat dan mengevaluasi kemajuan
Evaluasi diri kadang lebih sulit dari pada pencatatan diri yang sederhana karena menyangkut pemberian keputusan tentang kualitas. Untuk akurasi keputusan dalam evaluasi diri siswa dapat dilakukan dengan pengecekan hasil evaluasi secara periodik oleh guru.
3. Penguatan diri (self reinforcement)
Penguatan diri terjadi saat seseorang memberikan hadiah kepada dirinya sendiri karena sukses mencapai prestasi atau kinerja yang sudah ditetapkan atau saat seseorang menghukum dirinya karena gagal mencapai prestasi atau kinerja yang sudah ditetapkan. Dengan adanya manajemen diri dalam pembelajaran, siswa dapat bertanggung jawab pada dirinya sehingga tidak perlu selalu dibimbing. Menjadikan siswa lebih mandiri dan kreatif
B. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dengan mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensi yang ada pada diri guru, sarana dan lingkungan belajar di kelas) yang ditujukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai.
Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki motivasi yang tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu sendiri bukanlah tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi apabila guru dapat mengelola kelas dengan baik, maka kegiatan belajar mengajar-nya akan berjalan baik dan siswa-siswa-nya akan berprestasi tinggi. Mengelola kelas merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat mentransfer materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya, akan dapat melakukan pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang atau tinggi. Dengan demikian guru akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak; guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.
C. Petunjuk Pelaksanaan Program Manajemen Diri
Berikut ini beberapa petunjuk pelaksanaan program manajemen diri diantaranya yaitu:
1. Memperkenalkan sistem secara positif
Contoh:
a) Berikan penekanam pada sistem secara positif
b) Pertimbangkan untuk memulai program secara sukarela
c) Jelaskan bagaimana anda menggunakan program manajemen diri untuk diri anda.
2. Membantu siswa belajar menetapkan tujuan
Contoh
a) Monitor tujuan sesering mungkin pada awal kegiatan, dan tentukan standar tinggi yang masuk akal.
b) Buat pengumuman tujuan dengan menyuruh siswa menyampaikan tujuannya kepada guru dan kepada teman-temannya, apa yang ingin di capai
c) Siapkan cara untuk siswa agar bisa mencatat dan mengevaluasi kemajuannya.
D. Kisi-kisi dan Instrumen Mengukur Manajemen Diri
1. Kisi-kisi
Instrumen yang digunakan untuk mengukur data tentang manajemen diri adalah pedoman wawancara dan lembar observasi, dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Indikator Subindikator Banyaknya pedoman wawancara Banyak lembar observasi
Kemampuan memyususn tujuan A
B
C
D -
-
-
- 1
1
1
1
Kemampuan memonitor dan mengevaluasi kegiatan A
B
C
D 1
1
1
1 1
1
1
1
Kemampuan memberikan penguatan diri A
B
C -
-
- 1
1
1

2. Instrumen
Contoh lembar observasi

Indikator
Subindikator
Pernyataan Respon
Ya tidak
1 A Apakah banyak tujuan memadai?
B Apakah tujuan dipresentasikan dengan tepat?
C Apakah kualitas tujuan sudah baik?
D Apakah tujuan sering dimodifikasi
2 A Apakah checklist penyelesaian tugas tepat?
B Apakah catatan waktu penyelesaiain tugas cepat?
C Apakah catatan memulai dan mengakhiri tugas tepat?
D Apakah siswa sering mendapat bimbingan?
3 A Apakah kualitas penguatan sudah tepat?
B Apakah kualitas jenis penguatan sudah tepat?
C Apakah frekuensi penguatan sudah tepat?

Kelompok 10” GAYA BELAJAR DAN GAYA KOGNITIF DALAM
PEMBELAJARAN

A. GAYA BELAJAR
Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Ada tiga tipe gaya belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti bila memang kita merasa cocok dengan gaya itu.
1. Gaya Belajar Visual (Visual Learners).
Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
2. Gaya belajar Auditory Learners
Gaya belajar Auditory Learners gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
3. Gaya belajar Tactual Learners
Gaya belajar Tactual Learners kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter ketiga adalah kita termasuk orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir, orang-orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).

B. TUJUH GAYA BELAJAR EFEKTIF
banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif, berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin anda bisa ikuti.
1. bermain dengan kata
gaya ini bias kita mulai dengan mengajak teman kita yang senang bermain bahasa. Gaya belajar ini sangat menyenangkan, karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal lainnya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2. bermain dengan pertanyaan
belajar makin efektif dan bermanfaat apabila dilakukan dengan cara bermain dengan pertanyaan. Misalnya, kita bertanya tentang sesuatu, setiap kali muncul jawaban, maka adakan pertanyaan kembali, hingga mendapat hasil yang paling akhir atau kesimpulan.
3. bermaindengan gambar
sebagian orang lebih suka belajr dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, atau film. Bagi yang suka hal demikian, akan lebih menarik jika gaya ini diterapkan.
4. bermain dengan musik
ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik.
5. bermain dengan bergerak
mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahraga. Jika anda termasuk kelompok yang aktif, maka tak ada salahnya untuk mencobanya.
6. bermain dengan bersosialisasi
bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapatkan informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul kita dapat memperoleyh informasi terbaru dengan cepat dan mudah memahaminya.
7. bermain dengan kesendirian
untuk mereka yang suka kesendirian, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang terjaga privasinya

C. LIMA PRINSIP BELAJAR
1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Hal terpenting yang perlu diingat adalah seberapa cepat pun kita bias memahami sebuah informasi, maka informasi itu dengan mudah bias hilang dari ingatan jika ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti ketertarikan kita.
2. Mengenali kepribadian diri sendiri
Apapun yang akan kita pelajari dan fahami, sering kali menjadi sia-sia jika trnyata tidak sesuai dangan kepribadian kita.
3. Merkam informasi dalam kata
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu dengan kata.
4. Belajar besama orang lain
5. Hargai diri sendiri

D. GAYA KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN
Gaya kognitif
Tentang belajar kognitif ada dua aktivitas kognitif, yaitu mengingat dan berfikir.
a) Mengingat adalah suatu aktivits kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang menarik perhatian, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi)
Gaya kognitif adalah cara setiap individu dalam menerima, mengorganisasikan, merespon, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialaminya berdasarkan kajian psikologis. Gaya kognitif memiliki nilai adaptif yang bervariasi. Dalam situasi social orang yang FD umumnya lebih tertarik mengamati kerangka situasi social, memahami wajah/cinta orang lain. Pada situasi social tertentu orang FD cenderung lebih bersifat baik, bias bersifat hangat , mudah bergaul, ramah, selalu ingin tahu lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang FI. Orang yang FI dalam situasi social merasa ada tekanan dari luar, dan menangapi situasi secara dingin, ada jarak, dan tidak sensitive
Gaya kognitif dalam proses pembelajaran
Berbagai penelusuran sejumlah penelitian, gaya kognitif dapat dibagi menjadi dalam bebrapa kelompok, yakni gaya kognitif FI dan FD yang cenduerng digunakan untuk mengukur gaya kognitif pemahaman ilmu-ilmu social, serta gaya kognitif analitik (analytic) dan spasial (spatial) untuk mengukur gaya kognitif pemahaman ilmu-ilmu eksakta.
Selain gaya kognitif FD dan FI yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik siswa, gaya kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi gaya kognitif spasial dan gaya kognitif analitis. Dimensi gaya kognitif spasial berkaitan dengan pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran, sedangkan dimensi gaya kognitif analitis berhubungan dengan kemampuan sesorang dalam menganalisis secara kritis dalam memecahkan masalah.

Kelompok 11” KESULITAN BELAJAR DAN SOLUSINYA”

A. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak Nampak secara lahiriyah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalm wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidakmengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor Inteligensi yang rendah (kelalaian mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena factor lain di luar intelligensi. Dengan demikian , IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:
• Learning Disorder (kekacauan belajar) adalah keadaan dimana proses belajar sesorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
• Learning Disfunction merupakan gejala dimna proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun siswa sebenarnya tidak mennjukan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
• Under Achiever yaitu mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong rendah
• Slow Learner ( lambat belajar) adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
• Learning Disabilities (ketidak mampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.

B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Terbagi menjadi dua yaitu: Faktor internal dan factor eksternal
a. Factor internal
• Yang bersifat psikomotorik
• Bersifat kognitif
• Bersifat afektif
b. Factor eksternal
• Factor- factor social, yaitu factor- factor seperti cra mendidik anak oleh orang tua mereka dirumah
• Faktor- factor non- social, dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru disekolah, alat- alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum
Diantara factor- factor yang bersifat umum diatas, ada pula factor- factor lain yang juga menimbulkan kesulitan balajar siswa. Adalah sindrom psikologi berupa Learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabronalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar yng terdiri atas:
 Disleksia, yakni ketidak mampuan belajar membaca
 Disgrafia, yakni ketidak mampuan belajar menulis
 Diskalkunlia, yakni ketidak mampuan belajar matematika.
C. Diagnosis Kesulit Belajar
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah- langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan beljar jenis tertentu yang dialami siswa.
Langkah- langkah diagnotik yang dapat ditempu, antara lain:
• Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
• Memeriksa penglihatan dan pendengran siswa khususnya yang diduga dapat mengalami kesulitan belajar
• Mewancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ikwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
• Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
D. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar
Banyak alternative yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya, akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting meliputi:
• Analisis hasil diagnosis, data yang diperoleh guru melalui diagnostic kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
• Menentukan kecakapan bidang bermasalah, berdasarkan nalisis tadi, guru dihrapkan dapat menetukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan
• Menyusun program perbaikan, dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan, sebelumnya guru perlu menetapkan hal- hal sebagai berikut: Tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode pengajaran remedial, Alokasi waktu pengajaran remedial, Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
• Melaksanakan program perbaikan, kapan dan dimana program pengajaran remedial yang telah dirancang itu dapat dilaksanakan.

Kelompok 12 “EVALUASI HASIL BELAJAR”
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment. Arti yang lainnya yaitu proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment adapula kata lain yang searti dan masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
Maka evaluasi belajar adalah suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. Atau singkatnya evaluasi pendidikan / belajar adalah suatu kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan / belajar tersebut sehingga dapat diketahui mutu maupun hasil-hasilnya.
Dengan pengertian lain evaluasi belajar / pendidikan :
a) Proses / kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
b) Usaha untuk memperoleh informasi (umpan balik = feed back) bagi penyempurnaan program pendidikan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan umum, evaluasi dapat diringkas menjadi dua yaitu:
a) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dijadikan sebagai bukti mengenai taraf kemajuan anak didik, setelah anak didik itu mengalami proses pendidikan selama jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efesiensi dari metode-metode pendidikan yang dipergunakan dalam pendidikan selama jangka waktu tertentu.
Adapun tujuan khususnya yaitu:
a) Untuk merangsang kegiatan anak didik dalam menempuh program pendidkan.
b) Untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab yang telah membawa anak didik kearah kemajuan (keberhasilan) maupun
Factor-faktor penyebab yang telah menimbulkan kegagalannya (ketidakberhasilan).
Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi pendidikan / belajar dapat ditinjau dari tiga segi. Yaitu segi psikologik, didaktik, dan administrative.
Secara psikologik, kegiatan evaluasi di bidang pendidikan / belajar mempunyai fungsi:
• Bagi anak didik: evaluasi akan memberikan pedoman atau pegangan kepada anak didik untuk mengenal kapasitas (capasity) maupun status dirinya sendiri ditengah-tengah kelompoknya.
• Bagi pendidik: evaluasi memberikan kepastian atau ketetapan hati, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya membawa hasil, sehingga ia memiliki pedoman atau pegangan yang pasti guna menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Secara didaktif, fungsi yang dimiliki oleh evaluasi ini adalah:
• Bagi anak didik: evaluasi akan memberikan dorongan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.
• Bagi pendidik: 1) memberikan landasan untuk menilai hasil usaha atau prestasi anak didiknys, baik dalam hal kelebihannya maupun kekurangannya. 2) memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui status maupun posisi anak didik dalam kelompoknya
Adapun secara administrative, evaluasi dalam lapangan pendidikan
Memiliki fungsi sebagai berikut:
• Memberikan bahan laporan tentang perkembangan atau kemajuan anak didik, setelah anak didik menjalani proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
• Memberikan bahan-bahan keterngan (data) yang sangat penting guna menentukan status anak didik.
• Memberikan gambaran tentang hasil yang telah dicapai dan apa yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

3. Kegunaan atau Manfaat evaluasi
a) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dihimpunnya informasi, baik yang bersifat kuantitatif tentang hasil atau kemajuan yang telah dicapai, dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
b) Terbukanya kemungkinan untuk dapat di ketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan disatu pihak dengan tujuan yang hendak dicapai dipihak lain.
c) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usah-usaha perbaikan,penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang perlu lebih berdaya guna, sehingga tujuan yang diinginkan atau cita-cita akan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
4. Lngkah-Langkah Evaluasi: Perencanaan Evaluasi, Pengumpulan Data, Verifikasi Data, Analisis Data, Iterpretasi Data, Penerapan Hasil Evaluasi
5. Macam-Macam Alat Penilaian Hasil Belajar
1. Tes
Fungsi tes adalah untuk mengukur keberhasilan program pengajaran untuk mengukur prestasi siswa.
• Ditinjau dari segi kegunaan, tes hasil belajar meliputi: Tes Sumatif, Tes Formatif, Tes Diagnostik, Tes Penempatan
• Ditinjau dari segi waktunya, tes hasil belajar dapat dibedakan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Power tes, yaitu tes yang waktunya tidak dibatasi dan Speed tes, yaitu tes yang waktunya dibatasi
• Dari segi siapa yang menyusun:1) Tes buatan sendiri. 2) Tes buatan orang lain. 3) Tes buatan orang lain yang belum standar. 4) Tes buatan yang orang Lain yang sudah standar.
• Ditinjau dari bentuk respon: Tes Verbal dan Tes Non Verbal
a) Ditinjau dari aspek yang ingin diukur: Tes Intelegensi, Tes Prestasi, Tes Kepribadian, Tes Bakat
b) Ditinjau dari segi bentuk pertanyaan: Tes Subyektif dan Tes Obyektif
2. Non Tes
Alat penilaian non tes biasanya digunakan untuk mengukur aspek afektif dan psikomotor yang mencakup sikap kebiasaan. Beberapa alat penilaian bukan tes yang sering digunakan adalah observasi (pengamatan), kuesioner (angket), wawancara (interview), dan skala sikap.
B. PRESTASI BELAJAR
1. Indikator Prestasi Belajar
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indicator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
2. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar
Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi:
Penilaian Acuan Norma (Norm-referenced Assessment), dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN, prestasi seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelasnya atau sekelompoknya.
Penilaian Acuan Kreteria (Greation-referenced Assessment), merupakam proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai perilaku ranah ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan absolute.
3. Batas Minimal Prestasi Belajar
Setelah mengetahui indicator dan mnegetahui skor hasil evaluasi prestasi belajar diatas, guru perlu juga mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar