Minggu, 09 Oktober 2011

Model Strategi Pengajaran Afektif


BAB I

PENDAHULUAN

                        Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                        Ada orang yang beranggapan bahwa sikap bukan untuk diajarkan, seperti halnya matematika, fisika, ilmu sosial dan lain sebagainya, akan tetapi untuk dibentuk. Oleh karena itu, yang lebih tepat untuk bidang afektif bukanlah istilah pengajaran, namun pendidikan. Dalam strategi pengajaran yang dibicarakan dalam makalah kelompok kami ini diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa sebagai subjek belajar.  


BAB II
PEMBAHASAN

                        Sebelum lebih lanjut dalam pembahasan ini kita pahami lagi mengenai definisi belajar yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku, yang artinya belajar bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan (intelektual sosial), dan pengembangan segi-segi afektif.
                        Definisi Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan ( Moh. Surya, 1992, 23). Sedangkan definisi Mengajar menurut Jerome S. Brunner dalam bukunya “Toward a theory of instruction” mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5).
  1. Potret Aktif manusia
Dalam pendidikan nilai seorang pendidik bukan hanya sekedar efektif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas (trnsper of  knowledge) baik itu pribadinya atau siswanya. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit di ukur karena menyangkut pada diri seseorang yang tumbuh dari dalam seseorang. Oleh karena itu kita tidak bias menyimpulkan bahwa seseorang itu baik atau buruk. Dalam potret ini pemakalah lebih condong pada aspek afektif (sikap) yang merupakan hasil dari apa yang ia ketahui dalam pembelajarn aspek kognitif.
Diatas dijelaskan bahwa sikap ( afektif) yang erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap adalah pendidikan nilai. sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam
 kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
1.      Hakekat Pendidikan nilai dan sikap
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik buruk, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti dewasa ini, pendidikan nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting. Nilai-nilai yang dianggap baik oleh suatu kelompok masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat.
2.      Aspek Pengajaran Afektif
Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam pengajaran yang dikatakan oleh Taksonomi Bloom dkk adalah sebagai berikut :
a.       Aspek kognitif
Aspek kognitif dalam pendidikan merupakan aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, artinya kegiatan belajar mengajar bertujuan menambah tingkat pengetahuan dan wawasan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Aspek kognitif ini dapat ditelusuri dari suatu keadaan dimana siswa mendapatkan penambahan pengetahuan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
b.      Aspek afektif
Aspek afektif dalam pendidikan merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan, materi pelajaran yang disampaikan siswa
meresponnya dengan berbagai ekspresi yang mewakili perasaan mereka.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
c.       Aspek psikomotorik
Aspek p[sikomotorik dalam pendidikan merupakan aspek yang berhubungan dengan tindakan atau perilaku yang ditampilkan anak didik setelah menerima suatu materi tertentu, artinya mereka bertindak atau berperilaku berdasarkan pengetahuan dan perasaan sesuai atau berdasarkan pengembangan sendiri dari yang disampaikan pendidik.

  1. Model Strategi Pengajaran Afektif
Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Ada beberapa model strategi pembelajaran afektif dan banyak digunakan dalam pembentukan sikap.
§  Model Konsiderasi
Model ini dikembangkan oleh Mc. Paul, paul menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain.
§  Klarifikasi Nilai
Setiap orang memiliki nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi ini merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaannya atau proses menilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siswa memiliki keterampilan proses
 menilai. Serta dapat membantu siswa dalam menghadapi persoalan-persoalan yang memang dianggap baik.
§  Model Pengembangan moral kognitif
Model ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlbreg yang diilhami oleh John Dewey yang berpendapat dalam perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur-angsur melalui 3 tahap yaitu :
-          Tingkat prakonvensional
-          Tingkat konvensional
-          Tingkat postkonvensional
Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.


  1. Dasar dan Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar kita mengenal istilah pendekatan mengajar, yang berarti pola atau dasar berfikir dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut :
§  Pembelajaran Kontekstual
Merupakan system pendekatan pembelajarn yang bersifat holistic(menyeluruh), pembelajaran ini terdiri atas komponen yang saling terkait.
§  Pembelajaran mencari dan bermakna
Ausubel dan Robinson mengembangkan pendekatan pembelajaran yang bertolak dari dua kontinum yang bersilangan, yaitu belajar mencari, belajar menerima, belajar bermakna, dan belajar menghafal.
§  Pembelajaran Berbasis pengalaman


Merupakan suatu proses belajar mengajar yang berfokus atau menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial, maupun fisikomotorik.
                              Sedangkan pendekatan nilai menurut pendapat Superka (1976) adalah sebagai berikut :
-          Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman siswa dan tidak sesuai nilai-nilai sosial yang diinginkan.
-          Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengambil sikap atau moral sehingga diputuskannya moral tersebut. Yang bertujuan membuat pertimbangan moral yang lebih tinggi.
-          Pendekatan analisis nilai
Pendekatan ini memberikan penekanan pada siswa untuk berfikir logis yaitu dengan cara manganalisis masalah yang ada yang berhubungan dengan nilai sosial.
  1. CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif)
Arti CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal. Melalui proses kognitif belajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa inggris disebut Student Active Learning ( SAL ) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajaran.
·         Jenis-jenis dan Bentuk Kegiatan Aktif
Pada kegiatan ini guru dituntut untuk merumuskan sejumlah pokok bahasan atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Tidak terlepas dari itu guru harus sesuai dalam pemberian tugas terhadap siswanya yang mencapai tujuan intruksional baik khusus atau umum.


Ada beberapa kegiatan yang memang harus dilakukan dalam pembelajaran ini agar siswa aktif dalam belajar.
-          kegiatan penyelidikan
-          kegiatan penyajian
-          kegiatan apresiasi
-          kegiatan ekspresi kreatif
-          kegiatan percobaan








BAB III
KESIMPULAN

Afektif disini yaitu  berhubungan dengan nilai (value) yang sulit di ukur karena menyangkut pada diri seseorang yang tumbuh dari dalam seseorang. Oleh karena itu kita tidak bias menyimpulkan bahwa seseorang itu baik atau buruk.
Dalam strategi pengajaran yang dibicarakan dalam makalah kelompok kami ini diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan, melalui proses pembelajaran di kelas.
Seorang guru juga dalam proses pengajaran hendaknya tidak terlihat sebagai petugas administrative ( yang terus-menerus mengurusi RPP, program, daftar nilai, dsb) namun kurang bergairah dalam prakteknya ketika berinteraksi dengan siswa, atau sekedar menyalur ilmu tanpa intrspeksi apakah pekerjaan professional yang dilakukannya benar-benar mmbentuk karakter anak didiknya.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan ( Moh. Surya, 1992, 23). Sedangkan definisi Mengajar menurut Jerome S. Brunner dalam bukunya “Toward a theory of instruction” mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5).

                         
DAFTAR PUSTAKA

 Sanjaya Wina, 2008, Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

            Oemar Hamalik, 1991, Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung : CV. Sinar Baru

            Sanjaya Wina, 2005, Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : Kencana


           

           





















[1] Zaim Elmubarok, Menumbuhkan pendidikan nilai, 2008, Bandung: Alfabeta
[2] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, 2008, Jakarta: Kencana
[3] Oemar Hamalik, Strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA,1991,Bandung: CV. Sinar Baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar